untuk melihat file .swf lebih jelas
klik disini



Konferensi Meja Bundar meninggalkan bomwaktu mengenai status Irian Barat. Setelah persetujuan dicapai, wilayah ini masih merupakan bagian integral dari Hindia Belanda. Menurut ketentuan Konferensi Meja Bundar, status quo Irian Barat tetap dipertahankan dengan ketentuan bahwa setelah setahun masalah status politiknya akan ditentukan melalui perundingan antara Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda.
Dalam pidato memperingati kemerdekaan RI kelima, Presiden Soekarno antara lain mendesak pemerintahan Belanda untuk segera menyelesaikan tuntutan Indonesia atas Irian Barat. Meskipun ia mengecam akan terjadi konflik besar jika tidak ada penyelesaian, namun tampaknya jalur diplomsi tetap dikedepankan.
Menteri Luar Negri Mohammad Roem pada bulan Desember 1950 memimpin delegasi Indonesia dalam konferensi mengenai Irian Barat yang diadakan di Den Haag, Pemerintahan Belanda ternyata tidak bersedia dalambentuk apa pun untuk menyerahkan Irian Barat kepana Indonesia. Keadaan ini bertambah sulit ketika pemerintahan konservatif Australia menjadi sekutu Belanda karena khawatir Indonesia akan melanjutkan tuntutannya atas Irian Barat Timur. Sejak itu, penyelesaian masalah Irian Barat menjadi berlarut-larut.
Presiden Soekarno dan para pemimpin Indonesia tetap pada pendirian bahwa Irian Barat sebagai bagian dari Hindia Belanda harus dikembalikan kepada Indonesia. Kembalinya Irian Barat ke Indonesia merupakan kepentingan nasional yang harus diperjuangkan, meskipun dalam perspektif politik domestik merupakan upaya mobilisasi untuk memainkan peran di antara kubu AS dan Uni Soviet dalam masalah Irian Barat tampaknya membuahkan hasil.
Kunjungan Presiden Soekarno ke Moskow Agustus/September 1956 di samping menghasilkan bantuan ekonomi juga bantuan militer dari Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur. Hubungan dengan Moskwa semakin erat tatkala Nikita khrushchev mengunjungi Indonesia Februari 1960. Eratnya hubungan ini secara politis menekan AS dan negara-negara Barat untuk memikirkan perlunya memberi konsensi terhadap tuntutan Indonesia atas Irian Barat. John Allison, Duta Besar AS di Jakarta 1957 mencatat Kepentingan kita lebih terletak pada membuat Indonesia tetap dimluar blog komunis dareo pada mengkhawatirkan terganggunya perasaan Belanda.
Pada Agustus 1960, Presiden Soekarno mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Den Haag sebagai balasan atas penampakan kapal induk berbendera Belanda di perairan Irian Barat. Pemutusan hubungan diplomatik ini ternyata tidak mengubah sikap Belanda. Cara lain yang dilakukan pemerintahan Indonesia adalah melalui tangan AS. Ketika April 1961 Presiden Soekarno mengunjungi Washington, Presiden Kennedy bersedia mengirimkan satu tim peneliti ke Indonesia guna merekomendasikan kemungkinan AS memberi bantuan ekonomi kepada Indonesia. Disamping itu, AS kemudian bersedia menekan Belanda agar bersedia berunding dengan Indonesia dan kemudian AS mengirim mediatornya, Ellsworth Bunker.
Persetujuan akhirnya dicapai pada 15 Agustus 1962 dengan memasukkan prinsip penyerahan administrasi kepada Indonesia dari PBB dan pengaturan tentang penentuan nasib sendiri oleh penduduk Papua. Penentuan nasib sendiri akan dilaksanakan dengan nasihat , bantuan, dan peran-peran PBB sebelum akhir tahun 1969 guna menentukan apakah penduduk Irian Barat akan menjadi warga Indonesia atau tidak. Kompromi lain diijinkannya pengibaran bendera PBB pada 31 Desemeber 1962.
Kemenangan politik Indonesia atas Irian Barat merupakan akibat dari sukses diplomasi yang ditopang oleh tindakan militer. Kemampuan diplomasi dalam meraih dukungan AS dan Uni Soviet untuk menekan dan mengisolasi Belanda di satu pihak serta tekanan militer di pihak lain menjadikan Belanda tak ber-kutik. Peran Presiden Soekarno yang dominan dalam proses pengambilan keputusan politik luar negri dan keberhasilannya dalam memobilisasikan dukungan politik di dalam negeri merupakan kunci sukses merebut kembali Irian Barat.

soal latihan dan studi kasus materi diatas dapat di download pada link
dibawah ini:

soal latihan download
study kasus download

0 komentar:

Posting Komentar